Cara Menggunakan GPS Garmin 60 CS

images

Untuk menggunakan GPS Garmin seri 60 Cs, yang harus diperhatikan adalah ketelitian GPS pada saat digunakan. Dan diusahakan ketelitian GPS min 4 meter. Setelah itu barulah proses pengambilan data ukur bisa kita laksanakan.

1

 

Langkah Awal Penggunaan GPS

  1. Setting GPS

Setelah ketelitian GPS cukup, langkah selanjutnya lakukan setting GPS dengan merubah Proyeksi sesuai lokasi ukur. Untuk setting GPS dapat dilakukan dengan cara :

–       Masuk ke Main Menu kemudian Pilih Setup selanjutnya pilih Units setelah itu rubah sesuai dengan tampilan yang ada dimodul ini.

2

 

  1. Pembagian Zona Pada Proyeksi UTM WGS 84

3

 

Pengambilan Data Ukur

4

1. Pengambilan Data Titik ( Waypoint )

Data titik dapat mewakili symbol-symbol buatan manusia seperti bangunan, objek pariwisata, dan lain-lain, ataupun titik sudut suatu area.

Untuk mengambil data titik dapat dilakukan dengan cara  :

Tekan Tombol Mark pada GPS setelah itu akan muncul kotak dialog Mark Waypoint kemudian Pilih OK

5

Untuk melihat data titik ukur yang telah diambil. Tekan tombol Find setelah itu pilih Waypoint kemudian akan tampil kumpulan titik-titik ukur yang telah diambil.
Untuk melihat data titik dalam tampilan Peta tekan tombol Page hingga tampil tampilan Map GPS

6

 

2.    Pengambilan data Track ( Garis )

Track/ garis dapat mewakili objek jalan, sungai, pesisir atau pun objek kanal dan lain-lain. Untuk mengambil data track dapat dilakukan dengan cara :

Tekan tombol Page lalu masuk ke Main Menu setelah itu pilih track pada kotak Track Log pilih posisi On dengan menggunakan tombol navigasi dan arahkan ke kiri.

Untuk keluar tampilan tekan tombol Quit

7

Jika posisi track log di on kan terus maka GPS akan terus merekan track/ garis yang kita lewati. Untuk melihat tampilan track tekan tombol page hingga tampil GPS Map

8

Untuk menghentikan pengambilan data track, tekan tombol page lalu pada main menu pilih Tracks dan pilih posisi OFF pada kotak dialog Track Log

3.    Mencari jarak dan arah antar GPS dengan target ukur

 

Untuk mencari jarak GPS dengan target ukur, pertama tama tentukan target ukur sebagai 0 meter. Untuk menentukan titik 0 meter dapat dilakukan dengan cara :

Tekan tombol Find setelah itu pilih waypoint kemudian pilih waypoint/ taget yang akan dicari, lalu pilih Go to

9

Langkah selanjutnya tekan tombol Page pada layar Trip Computer dapat dilihat sudut, dan jarak terhadap target ukur yang kita cari.

10

NAVIGASI DARAT

Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita, dan tanah air.

Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.

Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :

  • Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
  • Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
  • Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
  • Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut.
  • Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal di lapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka).
  • Legenda peta, adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.

Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.

Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi di peta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :

1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate)
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60).
2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM)
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1mm).

Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.
1. Unsur dasar peta
Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.

2. Mengenal tanda medan
Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
• Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
• Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah
• Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah
Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat.
Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:
a. Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
b. Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
c. Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
d. Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
e. Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
f. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
g. Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan.

Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
1. Badan, tempat komponen lainnya berada
2. Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
3. Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.
Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat

Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya ( atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:
1. Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
2. Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
3. Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
5. Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.
Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection.

Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dan dapat dibidik (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebon teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas). Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
1. Lakukan orientasi peta
2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan ersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik).
4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
5. Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.

Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai. Sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
1. Lakukan orientasi peta
2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
3. Bidik obyek yang kita amati
4. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
6. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

Azimuth – Back Azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:
a. Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth sama dengan azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º
b. Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya dama dengan 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, seiperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
• Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
• Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan.

Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
• Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda

medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
• Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama

tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut

kompas (back azimuth).
• Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan

sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda.

Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.

Merencanakan Jalur Lintasan
Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke gunung Semeru, tapi dengan menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan pergerakannya.
Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
2. Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
3. Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta sesering mungkin.
4. Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
5. Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan.

Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pandangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan.
Beberapa manfaat penampang lintasan :
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
2. Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
3. Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.
Langkah-langkah membuat penampang lintasan:
a. Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
b. Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya.
c. Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat. Demikian seterusnya hingga titik akhir.
d. Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
e. Tambahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi pada tiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.

SPELEOLOGI

PENGERTIAN SPELEOLOGI
Speleologi Adalah ilmu yang mempelajari tentang gua alam dan lingkungannya. Kata speleologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Spelaion yang berarti Gua dan Logos yang berarti Ilmu. Ilmu Speleologi bisa dikatakan ilmu yang cukup langka karna sampai saat ini pun banyak orang yang belum mengetahui tentang apa itu speleologi, bahkan dikalangan ilmuan dan akademisi masih tergolong jarang yang mengetahui. Ilmu Speleologi mulai berkembang sejak Abad 19 dibagian benua Eropa terutama Eropa Timur (Slovenia) dan Eropa Barat (Jerman, Inggris, Italia dan Prancis). Sedangkan di Indonesia Speleologi baru dikenal pada tahun 1979.

Di, Eropa Ilmu Speleologi sudah masuk dalam Kurikulum Pendidikan terutama ditingkat Perguruan Tinggi, sedangkan di Indonesia sendiri masih jarang sekali. Sampai saat ini masih banyak pemahaman yang berbeda tentang gua. Ada yang mengatakan semua lubang yang berada dibawah tanah baik yang terjadi secara alami maupun buatan manusia. Ada pula yang yang mengatakan kalau gua hanya lorong bawah tanah yang terbentuk secara alami sedangkan yang dibuat manusia (Bungker/ Tunel) tidak dapat disebut gua, dan masih banyak pemahaman – pemahaman lain. Menurut UIS (Internasional Union Of Speleology) Gua adalah setiap ruangan bawah tanah yang dapat dimasuki oleh manusia. memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara di dalamnya, yaitu pada saat udara di luar panas maka di dalam Goa akan terasa sejuk, begitu pula sebaliknya.

Gua dibagi dalam beberapa jenis sesuai dengan kondisi batuan pembentuknya, yaitu :

  • Gua Karst : Gua yang terbentuk pada kawasan yang telah mengalami Karstifikasi atau pelarutan. Sekitar 70 % gua yang ada didunia terbentuk pada Kawasan Karst.
  • Gua Lava : Terbentuk akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala keaktifan Vulkanologi atau akibat aktifitas Gunung Api.
  • Gua Litoral : Gua yang terbentuk pada daerah pantai, adapun terjadinya yaitu akibat adanya proses erosi dan pengikisan dari air laut terhadap batuan yang berbeda di pantai yaitu pada tebing yang curam, akibat adanya gaya mekanis air laut maka lama kelamaan batuan tersebut akan membentuk celah maka terjadilah Gua.

Ada pula gua yang sangat jarang sekali kita temukan, seperti Gua Es dan gua pasir yang jumlahnya hanya sekitar 5 % dari jumlah gua yang ada diseluruh dunia. Ada beberapa proses yang menjadi penyebab terbentuknya Gua Karst yaitu : Akibat Pelarutan secara kimiawi, Pengikisan Air, Amblesan, Runtuhan. Pada umumnya terbentuknya gua – gua tersebut tergantung pada kondisi geologi, Hidrologi dan Litologi, seperti adanya Kekar, Sesar, Bedding Plane, Kontak Batuan dll.

SEJARAH PENELUSURAN GUA DAN ILMU SPELEOLOGI
Kegiatan penelusuran gua yang kita ketahui sudah dilakukan sejak jaman primitive dahulu, yang mana gua dijadikan sebagai tempat berlindung dan ritual adat atau pemujaan terhadap roh leluhur mereka. Ada beberapa sejarah tentang awal dari Ilmu Speleologi yaitu, pada tahun 1670 – 1680 Baron John Valsavor dari Slovenia yang pertama kali melakukan deskripsi terhadap 70 gua dalam bentuk laporan ilmiah lengkap dengan komentar, peta, dan sketsa sebanyak 4 jilid dengan total mencapai 2800 halaman, dan pada tahun 1674 seorang ahli Geologi amatir dari Somerset Inggris bernama John Beamont melakukan pencatatan laporan ilmiah penelusuran Gua sumuran (Potholing) yang pertama kali dan diakui oleh British Royal Society.

Pada tahun 1818 Kaisar Habsburg Francis I menjadi orang yang pertama kali melakukan kegiatan wisata di dalam Gua yaitu saat mengunjungi Gua Adelsberg (sekarang Gua Pastonja di eks Yugoslavia). Kemudian Josip Jersinovic yaitu seorang pejabat di daerah tersebut tercatat sebagai pengolola Gua professional yang pertama dan pada tahun 1838 seorang pengacara bernama Franklin Golin sebagai tuan tanah yang memiliki areal Mammoth Cave di Kentucky AS (Gua terbesar dan terpanjang didunia) dan mengkomersilkan gua tersebut. Ia memperkerjakan seorang mullato bernama Stephen Bishop yang masih berumur 17 tahun untuk dijadikan budak penjaga gua tersebut. Dan karena tugasnya, Stephen Bishop dianggap Pemandu Wisata Professional pertama. Mammoth Cave sendiri terdiri dari ratusan lorong (Stephen Bishop menemukan sekitar 222 lorong) dengan panjang 300 mil hingga kini belum selesai ditelusuri dan diteliti. Tahun 1983 oleh usaha International Union of Speleology, Mammoth Cave diakui oleh PBB sebagai salah satu warisan Dunia (World Herritage).

Secara resmi Ilmu Speleologi lahir pada abad ke -19 berkat ketekunan Eduard Alfred Martel. Sewaktu kecil ia sudah mengunjungi Gua Hahn di Belgia dengan ayahnya, seorang ahli Palenteologi, kemudian mengunjungi Gua Pyrenee di Swiss dan Italia. Pada tahun 1888 ia mulai mengenalkan penelusuran Gua dengan peralatan, pada setiap musim panas ia dan teman-temannya mengunjungi Gua-Gua dengan membawa beberapa gerobak penuh peralatan, bahan makanan dan alat Fotografi. Martel membuat pakaian berkantung banyak yang sering disebut Coverall (Wearpack). Kantung itu diisi dengan peluit, batangan magnesium, beberapa lilin besar, korek api, batu api, martil, beberapa pisau, alat pengukur, thermometer, pensil, kompas, buku catatan, kotak P3K, beberapa permen coklat, sebotol rum dan sebuah telepon lapangan yang digendong. System penyelamatannya dengan mengikatkan dirinya kalau naik atau turun dengan tali. Tahun 1889, Martel menginjakkan kakinya pada kedalaman 233 meter di Sumurun Ranabel, dekat Mersille, Perancis dan selama 45 menit tergantung kedalaman 90 meter. Ia mengukur ketinggian atap dengan balon dari kertas yang digantungi Spoon yang dibasahi Alcohol, begitu spoon dinyalakan balon akan naik ke atas sampai ke atap Gua. Hingga kini Edward Alfred Martel disebut Bapak Speleologi Dunia. Kemudian muncul seperti : Pornier, Jannel, Biret dan baru setelah Perang Dunia I Robert De Jolly Dan Nobert Casteret mampu mengimbangi Martel, Robert De jolly mampu menciptakan peralatan dari Alumanium Alloy, Nobert Casteret orang pertama melakukan Cave Diving pada tahun 1922, dengan menyelami Gua Monthespan yang di dalam Gua itu ditemukan patung-patung dan lukisan bison serta binatangbinatang lainnya dari tanah liat, yang menurut para ahli, itu sebagai acara ritual sebelum diadakan perburuan binatang ditandai adanya bekas-bekas tombak dan panah. Pada Perang Dunia II, Gua-gua digunakan sebagai tempat pertahanan karena di Gua akan sulit ditembus walaupun menggunakan bom pada waktu itu.
Di Indonesia Speleologi mulai berkembang sekitar tahun 1979 dengan berdirinya sebuah klub yang bernama SPECAPINA yang didirikan oleh R.K.T.Ko (Speleogiwan) dan Norman Edwin (Almarhum) bersama beberapa orang lainnya pada waktu itu. Namun karena adanya perbedaan prinsip dari keduanya maka terpecah dan masing-masing mendirikan himpunan/ Club Speleologi. Pada tanggal 23 Mei 1983 dr. R.K.T. Ko Mendirikan Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (HIKESPI)/Federation of Indonesian Speleological Activities (FINSPAC) yang kemudian diakui dan tercatat di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai Organisasi Profesi Ilmiah yang menangani masalah gua dan lingkungannya (Surat Pernyataan LIPI No. 7530/SK/C.10/87) dan pada tahun 1985 menjadi anggota International Union of Speleology (IUS). Sedangkan Norman Edwin (Alm) Mendirikan Garba Bumi, beberapa tahun kemudian mulai bermunculan Club–Club Speleologi dibeberapa daerah di Indonesia.

RUANG LINGKUP SPELEOLOGI
Para peneliti berkesimpulan bahwa hubungan antara lingkungan gelap abadi/ dalam gua (disebut Endokarst) dengan dunia diatas permukaan tanah (Eksokarst) sangat erat sekali. Oleh karena itu Speleologi merupakan Ilmu yang didalamnya terdiri dari berbagai disiplin ilmu.
Diantaranya adalah :

  • Karstologi : Ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk kawasan karst
  • Geomorfologi Karst : Ilmu yang mempelajari tentang bentukan alam/ permukaan bumi didaerah kawasan karst khususnya.
  • Hidrologi Karst : Ilmu yang mempelajari tentang tata air/ system aliran bawah tanah/ gua.
  • Speleogenesis : Ilmu yang mempelajari tentang proses terbentuknya gua.
  • Biospeleologi : Ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup/ Fauna/ Biota yang ada didalam gua.
  • Arkeologi : Ilmu yang mempelajari tentang sejarah, kebudayaan dan peninggalan manusia pada masa lampau.
  • Mikroklimatologi : Ilmu yang mempelajari tentang fluktuasi suhu dalam gua yang sering minim sekali, baik konstan maupun tidak konstan.
  • Speleotourism : Ilmu yang mempelajari tentang wisata gua atau pada daerah karst.

Speleologi adalah ilmu yang mempelajari gua-gua, diambil dari kata Yunani, spelalion adalah ilmu, namun gua adalah bentukan alam yang tidak terdiri sendiri, tetapi terdapat struktur alam yang mempelajari gua dan lingkungannya. Lingkungan tersebut dapat berupa batu gamping, batu pasir, aliran lava yang beku, batu garam, batu gips, gletser, es, dan sebagainya.
Manusia telah menggunkan gua untuk tujuan mulai dari tempat berlingdung, untuk tempat tinggal, untuk kuburan, dll. Sejak beberapa tahun yang lalu gua telah diselidiki terutama di Jerman dan Perancis, namun pada abad ke-19 dijadikan obyek serius yang dikenal dengan nama speleologi.

ETIKA PENELURUSAN GUA

PENELUSUR GUA DILARANG :
1. Mengambil sesuatu kecuali mengambil foto, meninggalkan sesuatu kecuali meninggalkan jejak kaki, membunuh sesuatu kecuali membunuh waktu. Seperti yang dicetuskan oleh National Speleological Society (Amerika Serikat). Karena mudah dipahami, maka etika ini menjadi pegangan bagi semua penelusur gua.

2. Setiap penelusur gua dilarang mengeluarkan atau memindahkan sesuatu dari gua tanpa tujuan jelas. Bila dilakukan untuk tujuan ilmiah maka tindakan itu harus selektif dan dilaksanakan oleh yang berwenang. Mengambil biodata dalam gua untuk tujuan identifikasi, harus disertai kesadaran bahwa biodata unik tersebut mungkin sangat terbatas. Dengan demikian, jumlahnya harus dievaluasi terlebih dahulu dan hanya diambil satu atau dua spesimen untuk penelitian.

3. Kegiatan penelusuran gua wajib dilaksanakan secara tertib, hati-hati dan penuh pengertian. Hindarilah penelusuran gua belantara, yang belum dikelola untuk kunjungan umum, secara masal. Menelusuri gua oleh banyak orang sekaligus, dengan aneka sumber cahaya untuk penerangan akan merubah iklim mikro gua. Hal ini akan mengusik kehidupan binatang khas gua. Biota penghuni gua akan senantiasa terganggu oleh keberadaan penelusuran gua. Biota penghuni gua yang memegang peranan penting untuk menjaga keseimbangan ekologi di atas permukaan (eksokarst) karena berpotensi untuk pindah tempat bila suatu gua telampau sering dikunjungi orang.

4. Kegiatan menelusuri gua, baik dari segi olahraga, petualangan maupun ilmiah, bukanlah hal yang perlu dipertontonkan dan tidak perlu penonoton. Tidak semua orang yang berkeinginan memasuki gua menjiwai etika dan moral penelusuran gua, banyak diantaranya masih bersifat vandalis mulai mengotori gua sampai mematahkan ornamen gua yang berumur ribuan tahun atau menangkap binatang khas gua untuk cindera mata. Jangan mengajak sembarang orang untuk memasuki gua dengan tujuan untuk mempertontonkan kebolehan, keberanian atau keterampilan si pengajak.

5. Penelusur gua wajib bertindak wajar. Tidak melampaui batas kemampuan fisik maupun teknik dan kesiapan mental dirinya sendiri. Tidak memandang rendah kesanggupan sesama penelusuran gua. Sering terjadi kecelakaan dalam gua karena penelusur gua memaksakan diri melakukan tindakan-tindakan teknis yang belum dikuasai secara sempurna. Hal ini dilakukan karena rasa malu terhadap sesama penelusur yang lebih terampil atau dicemooh bila terbukti tidak mampu. Itu sebabnya pemimpin penelusur gua wajib mengenal keadaan fisik, mental dan derajat kemampuan masing-masing penelusur gua yang paling lemah atau tidak mampu harus dijadikan patokan intensitas penelusur gua.

6. Senantiasa menunjukan respek pada penelusur gua lain dengan cara:
• Tidak mengambil atau memindahkan alat atau meninggalkan mereka tanpa izin pemiliknya.
• Tidak melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan penelusuran gua lain.
• Tidak menghasut pihak ketiga untuk menghalangi penelusur lainnya memasuki gua.
• Tidak melakukan duplikasi penelitian yang sedang dilakukan peneliti lain, pada gua yang sama.
• Menghasut penduduk sekitar gua agar menghalang-halangi atau melarang rombongan lain masuk gua karena tidak satu orang/kelompok pun boleh merasa memiliki kekuasaan/hak terhadap sebuah gua bahkan bila dia itu seorang ahli yang menemukan gua tersebut pertama kali kecuali pemilik tanah dimana gua itu berada.

7.  Setiap usaha penelusuran gua adalah USAHA BERSAMA dan hasil publikasi tidak boleh menonjolkan DIRI SENDIRI tanpa mengingat jasa SESAMA PENELUSUR. Jangan melaporkan publikasi petualang dalam media massa dengan tujuan memamerkan diri atau kelompok lain, karena hal itu senantiasa mengungdang para vandalis dan petualang lainnya yang tidak atau belum memahami etika dan moral penelusuran gua untuk mengunjungi gua tersebut. Akibatnya adalah rusaknya gua atau musibah yang dialami oleh penelusur yang belun siap mental, fisik dan teknis. Publikasi untuk umum atau media massa dilakukan secara propesional dan tidak dilebih-lebihkan, yang utama adalah laporan lengkap yng diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemeberi ijin penelusuran gua.

8. Bila dibutuhkan surat rekomendasi untuk mendapat izin penelusuran suatu gua, maka penerima rekomendasi dan izin wajib membuat laporan selesinya, yang diserahkan kepada pihak-pihak tersebut.

KEWAJIBAN PENELUSUR GUA :

1. Senantiasa memperhatikan keadaann cuaca. Tidak memasuki gua yang mudah kebanjiran pada musim hujan.
2. Senantiasa menyadari bahwa kegiatan penelusuran gua bukan merupakan hak tetapi wajib dianggap sebagai anugerah, rahmat, karunia dan berkah (privilege) dari Tuhan.
3. Memilih sebagai tujuan utama penelusuran gua : konservasi gua dan lingkungannya, karenanya wajib menjaga kebersihan gua dan lingkungannya.
4. Wajib memberikan pertolongan sesuai dengan batas kemampuan, bila ada penelusur gua dari rombongan lain yang membutuhkannya.
5. Bertindak sopan dan tidak menggangu ketentraman penduduk di dekat lokasi perguaan. Tidak boleh menyinggung perasaan mereka.
6. Mengikuti secara patuh dan seksama semua prosedur perijinan yang di isyaratkan dan memberi laporan -laporan kepada pemberi ijin.
7. Wajib memberitahukan kepada semua penelusur, bila dijumpai bagian-bagian yang berbahaya dalam gua tertentu.
8. Bila mengalami suatu musibah maka hal itu tidak boleh dirahasiakan, wajib dilaporkan kepada penduduk dan pemerintahan daerah setempat, kepada pengawas dan pengelola wilayah tersebut dan semua penggiat penelusur gua yang dikenal, untuk disebar luaskan , agar jangan sampai musibah tersebut terulang lagi.
9. Bila ada rencana menelusuri gua, wajib memberitahukan kepada keluarga, rekan atau sesama anggota perkumpulan, penduduk dan kepala desa terdekat data tesebut. Maksud dan tujuan penelusuran gua, rencana waktu masuk, rencana waktu keluar pada waktu yang sudah ditentukan, siapa yang harus dihubungi dan dengan cara apa.
10. Wajib memilih dan patuh kepada pemimpin penelusur gua yang kompeten, berwibawa dan sudah berpengalaman. Khusunya dalam menentukan kesiapan mental, fisik dan derajat ketarampilan penelusur gua yang wajib disesuaikan dengan derajat kesulitan gua.
11. Menyadari sepenunhya, bahwa kegiatan penelusuran gua ialah suatu kerja kelompok (team work), wajib saling membantu.
12. Wajib membuat laporan sebaik mungkin, disesuiakan dengan pembagian kerja dan kemampuan masing-masing penelusuran gua dan diselesaikan dalam waktu singkat.
13. Wajib mempelajari semua acuan yang dibutuhkan sebelum memasuki gua: peta geologi, peta topografi, keadaan iklim, khususnya curah hujan, peta –peta gua yang ada, literatur terkait, menghubungi nara sumber, mengumpulkan dan menganalisa informasi penduduk setempat atau juru kunci perihal gua tersebut.
14. Setiap penelusur dianjurkan melengkapi dirinya dengan peralatan dasar, untuk kegiatan yang lebih sulit digunakan perlatan yang memenuhi syarat ia wajib mempunyai pengetahuan tentang penggunaan perlatan tersebut.
15. Setiap penelusur wajib melatih diri dalam berbagai keterampilan gerak penelusuran gua dan keterampilan menggunakan peralatan.
16. Setiap penelusur gua wajib membaca berbagai publikasi mengenai gua dan lingkungannya agar pengetahuan tentang Speleologi tetap berkembang, bagi yang mampu melakukan penyelidikan atau observasi ilmiah diwajibkan melakukan publikasi agar sesama penelusur dapat menarik manfaat dari makalah-makalah itu.